Budidaya Tanaman Singkong
Budidaya tanaman singkong ( Manihot utilissima Pohl)
1.
SEJARAH SINGKAT
Ketela pohon merupakan tanaman pangan
berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon
berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir
ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok.
Ketela pohon
berkembang di
negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke
Indonesia pada tahun 1852.
2. JENIS
TANAMAN
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi: Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi: Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira
3.
MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia, ketela pohon menjadi
makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon
sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang
lain seperti bahan obat-obatan.
Kayunya bisa digunakan sebagai pagar
kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk
memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela
pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri
pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
4.
SENTRA PENANAMAN
Di dunia ketela pohon merupakan komoditi
perdagangan yang potensial. Negara-
negara sentra ketela
pohon adalah Thailand dan Suriname.
Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
5.
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
a) Curah hujan yang
sesuai untuk tanaman ketela pohon antara
1.500-2.500 mm/tahun.
b)Suhu udara minimal
bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10
derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan
pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga
yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk
tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi
tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan
perkembangan umbinya.
Media
Tanam
a)Tanah yang paling
sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang
berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros
serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang
baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan
tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik
baik unsur makro maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman
ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran,
grumosol dan andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang
sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8.
Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5,
sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
Ketinggian
Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal
untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara
10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian
tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
ü Persyaratan
Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman
induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan
pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan
berdiameter + 2,5 cm lurus. d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
ü Penyiapan
Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian
bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian
diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara
25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan,
kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
·
Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum
pengolahan lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah
dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH
meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh
atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara,
kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam
berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan
asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman
lainnya (tumpang sari),
sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa
variasi tanaman yang sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan
dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume
produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan
harga pada saat panen dan pasar.
Apabila pada saat panen nantinya harga
akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen
raya maka volume produksi diatur seminimal
mungkin.
2) Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan
pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar
pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran
tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan
penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti
kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi
yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit
oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah
70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan
penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan
ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman,
seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya
pertumbuhan tanaman.
4) Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada
lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran.
Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa
digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu
pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian
pupuk kandang.
·
Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim
dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah
awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak
tanam yang umum digunakan pada pola
monokultur ada beberapa alternatif,
yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X
40 cm. Bila pola tanam dengan sistem
tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150
X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan
meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm
atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya
keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
·
Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera
dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang
baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam.
Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa
bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang
sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau
sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.
Waktu penyulaman adalah minggu
pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman
yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan
pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang
semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar
tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
3) Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan
menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti
guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu
penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela
pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan
pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.
4) Perempelan/Pemangkasa
Pada tanaman Ketela pohon perlu
dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus
mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa
digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
5) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem
pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg
dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis
N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan
yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
6) Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal
tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak
terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan
dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering
dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem
yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah
perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua
minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan
dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada
pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan
dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label
merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka
dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus
hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut
mati.
7. HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN SINGKONG
1.hama
a.hama uret (Exopholishipoleuca)
Hama kumbang uret (Exopholishipoleuca), telah
lama dikenal sebagai hama yang sangat merusak pada banyak tanaman budidaya di
Indonesia, terutama pada tanaman perkebunan, walaupun biasanya muncul secara
musiman, tetapi apabila sekali menyerang dapat menggunduli berhektar-hektar
tanaman budidaya dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti.
Kumbang dewasa (legek) berwarna
coklat, dengan panjang 2,5 cm, punggung dlan kepala berwarna hitam, pra dewasa
berupa uret atau lundi (kuuk - Sunda), yang berkembang di dalam tanah, dengan
kedalaman 3-10 cm.
Diketahui untuk 1 ekor betina legek
dapat menghasilkan 15-60 butir telur selama hidupnya dan sering terjadi overlappinggenerasi, maka bisa
dibayangkan berapa juta keturunan hama ini yang terus bertambah bila tidak
terjadi pemblokiran oleh alam atau manusia.
Pengendalian
hama uret
Pengendalian yang dapat dilakukan
petani terhadap hama ini antara lain dengan memutuskan siklus hidup hama ini,
yaitu dengan pemusnahan langsung kuuk/uret dan pengumpulkan kumbang di lapang
(gropyokan). Hal ini memungkinkan untuk dilakukan karena diketahui hama ini
pada pagi sampai siang hari tidak aktif, sehingga ketika dikumpulkan tidak akan
melawan atau beterbangan. Cara gropyokan dapat dengan menggoyang-goyangkan
pohon tempat hama hinggap, kumbang akan berjatuhan dan berserakan di tanah,
sehingga dengan mudah dapat dikumpulkan. Setelah terkumpul maka legek dapat
segera dimusnahkan.
Di samping itu sekarang sedang
dikembangkan pula nematoda entomofag dengan nama spesies Steinernema huidobrensis yang dapat menyerang dan membunuh hama
uret ini di dalam tanah. Nematoda yang berupa cacing yang sangat kecil ini
dapat diberbanyak secara sederhana. Inokulum nematoda aktif diambil dengan
spoit sekitar 5 ml lalu disiramkan (diinokulasi) ke tubuh uret sehat (terutama
bagian abdomennya), lalu biarkan nematoda bekerja sendiri menginfeksi uret
sekitar 5 hari, yang ditandai tubuh uret yang mulai lembek dan banyak juvenil
nematoda yang berseliweran di permukaan tubuh uret.
Untuk aplikasi secara langsung, maka
uret yang sudah diinokulasikan tersebut langsung saja dibawa ke lahan dan
diletakkan di dalam tanah pangkal stek singkong atau tanaman apa saja yang akan
dibudidayakan. Akan lebih baik apabila aplikasi ini dilakukan pada saat musim
hujan dan lahan dalam kondisi basah, sebab dalam kondisi tersebut nematoda akan
lebih mudah beradaptasi ke lingkungan yang baru daripada aplikasi dilakukan
pada musim panas.
Penggunaan pestisida dirasakan sulit
untuk dapat diaplikasikan dalam mengendalikan hama ini, di samping biasanya
kumbang berada di tajuk yang tinggi (sehingga sulit dicapai nozzle dan cairan
semprot pestisida) sekiranya juga kurang efisien dalam hal biaya mengingat
harga pestisida yang mahal dlan belum tentu bisa mengendalikan hama ini secara
menyeluruh, karena sebagian hidupnya ada di dalam tanah dan sebagian lagi ada
di tajuk pohon. Meskipun demikian untuk skala kecil, pestisida masih relevan
untuk digunakan. Pestisida dengan bahan aktif endosulfan dlan karbaril masih
dapat direkomendasikan untuk digunakan di lahan budidaya. Penyemprotan
dilakukan sebaiknya pada sore hari sekitar pukul 16:00 atau 17:00, di mana hama
ini mulai aktif bergerak dan makan, sedangkan untuk fase uretnya (kuuk), yang
masih berada di dalam tanah, dapat digunakan pestisida dengan bahan aktif karbofuran
atau diazinon dengan formulasi granul (butiran) yang banyak dijual di pasaran
saat ini, konsentrasi yang digunakan kalau menggunakan insektisida granule ini
ialah 1,5-2 gr/ lubang stek.
Untuk suatu tindakan pengendalian yang
berdaya hasil jangka panjang dan lestari, sekiranya para petani tidak hanya
bergantung pada satu cara pengendalian saja, melainkan dengan memadukan
beberapa cara pengendalian yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya,
sehingga kelemahan pada satu metode pengendalian dapat ditutupi dengan metode
pengendalian yang lainnya. Untuk kasus hama kumbang legek ini, akan lebih ideal
lagi apabila petani juga beternak ayam di kebunnya sehingga hama dapat menjadi
pakan ayam.
B. Tungau Merah
Hama yang
paling banyak menyerang singkong adalah tungau merah. Serangan tungau
sangat merugikan petani, karena dapat menurunkan produksi umbi singkong antara
20% - 53%. Serangan tungau merah yang parah bahkan dapat menyebabkan
penurunan produksi mencapai 95%.
Tungau
menghisap jaringan mesofil sampai jaringan tersebut russak. Klorofilpun ikut
rusak sehingga tanaman tidak dapat berfotosintesis. Akibatnya makanan yang
dihasilkan sedikit dan akhirnya hasil panen umbi singkong juga sedikit.
Tanda
serangan tungau merah yaitu timbulnya bintik kuning dipermukaan daun . Bintik
tersebut lama kelamaan melebar dan berubah warna menjadi merah kecoklatandan
akhirnya menghitam. Dan apabila dibalik permukaan bawah daun mengalami
kerusakan yang sangat parah. Kerusakan dapat diperparah oleh kondisi musim
kering, kondisi stress air dan kondisi dimana kesuburan tanah yang rendah.
Pengendalian tungau merah
Untuk
mencegah serangan tungau merah sebaiknya singkong ditanam pada saat
awal musin hujan. Lakukan sanitasi lahan sebelum tanam, apabila ada tanaman
inang dari tungau merah seperti tanaman jambu, petai cina yang ada di sekitar
areal penanaman, maka lakukan pengendalian terlebih dahulu sebelum melakukan
penanaman singkong.
Untuk
mengendalikan serangan tungau merah dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan
insektisida berbahan aktif dikofol atau tetradifon. Yang harus diperhatikan
adalah pada saat penyemprotan larutan insektisida harus dicampur dengan
deterjen. Fungsi dari deterjen adalah untuk menghancurkan bulu- bulu tungau
merah sehingga insektisida yang disemprotkan sampai ke kulit tungau merah.
C. Hama tikus
PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA TERPADU
TIKUS termasuk hama yang sangat merugikan pada tanaman singkong, karena tikus
memakan buah singkong atau ketela pohon, sehingga menurunkan produksi tanaman
singkong. Ini perlu mendapat perhatian khusus di samping hama lainnya.Karena
kehilangan hasil produksi akibat serangan hama tikus cukup tinggi. Usaha untuk
mengendalikan tikus ini sudah banyak dilakukan oleh para petani,mulai dari
sanitasi ,kultur teknik,fisik,cara hayati,mekanik dan kimia.Namun diakui,bahwa
cara-cara pengendalian tersebut belum dilakukan secara terpadu,sehingga harapan
untuk menekan populasi tikus pada tingkat yang tidak merugikan ternyata sulit
dicapai.
Pengendalian
hama secara terpadu (PHT) ini akan terlaksana dengan baik bila petani
menghayati konsep dasarnya dan menguasai berbagai cara pengendalian ke dalam
suatu program yang sesuai dengan jenis organisme pengganggu dan ekosistem
pertanian di tempat tersebut.
Konsep
pengendalian hama terpadu,sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1947-an,meskipun
sebelumnya penanggulangan hama dengan jalan memadukan beberapa pengendalian
sudah dilaksana kan.
LANGKAH
AWAL
PHT
dapat didefinisikan sebagai cara pengendalian dengan memasukkan beberapa cara
pengendalian yang terpilih dan serasi serta memperhatikan segi ekonomi,ekologi
sehingga popilasi hama berada pada tingkat yang secara ekonomi tidak
merugikan.Artinta,bahwa PHT bertujuan untuk menekan populasi hama sampai pada
tingkat yang tidak merugikan,pengelolaan kelestarian alam dan optimasi produksi
pertanian.
Sebelum
melangkah pada usaha pengendalian tikus dengan menerapkan PHT,sebaiknya kita
mengetahui terlebih dahulu biologi dan ekologi tikus,sehingga petani akan lebih
mudah mengidentifikasi untuk selanjutnya dilakukan pengendalian.
Tikus
termasuk ordo Rodentia,famili Muridae
dan sub-famili Murinae.Dari
sub-famili ini ada dua genus yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia yakni genus Mus dan Rattus.
Pada
umumnya,tikus (Rattus orgentiventer) tinggal di pesawahan dan
sekitarnya,mempunyai kemampuan berkembang biak sangat pesat.Jika secara teoritis,tikus
mampu berkembang biak menjadi 1.270 ekor per tahun dari satu pasang ekor tikus
saja. Walaupun keadaan ini jarang terjadi,tetapi hal ini menggambarkan, betapa
pesatnya populasi tikus dalam setahun.
Perkembangan
tikus di alam banyak dipengaruhi faktor lingkungan,terutama ketersediaannya
sumber makanan,dan populasi tikus akan meningkat berkaitan dengan puncak pada
masa generatif.
Kegiatan
tikus lebih aktif pada malam hari,dan kegiatan hariannya sangat teratur mulai
dari mencari makanan,minum,mencari pasangan sampai orientasi kawasan.Untuk
menghindari dari lingkungan yang tudak menguntungkan,tikus biasanya membuat
sarang pada daerah lembab,dekat dengan sumber air dan makanan seperti di batang
pohon,sela-sela batu,gili-gili irigasi,tanggul,jalan kereta api dan bukit bukit
kecil.
Petani
dapat membedakan mana yang disebut tikus sawah dan mana tikus rumah.Pada
umumnya,tikus salah selain melakukan aktivitasnya di sawah,juga dapat melakukan
aktivitasnya di rumah. Sedangkan tikus rumah (Rattus ratusdiardii) hanya
melakukan aktivitasnya hanya di rumah saja.
Kerusakan
yang ditimbulkan oleh hama tikus dapat dilihat pada umbi singkong yang terlihat
tidak utuh akibat dimakan tikus, terpotong, serta masih mempunyai sisa bagian
batang yang tak terpotong.Pada fase vegetatif hewan tinkus ini tidak menggangu
tanamansingkong, tetapi pada fase genreratif tikus menjadi hama tanaman
singkong, karena tikus memakan umbi dari tanaman singkong.
PHT
YANG TEPAT & EFEKTIF
Jika
sudah mengetahui biologi dan ekologi tikus,maka diharapkan petani dapat
mengendalikan tikus dengan tepat dan efektif dengan melihat kondisi lingkungan
di lapangan,serta mampu menerapkan konsep PHT(pengendalian hama terpadu) ada 4
cara sebagai berikut:
•
Pertama dengan sanitasi lingkungan,melakukan pembersihan rumput rumput atau
semak-semak yang biasa digunakan tikus untuk bersarang.
•
Kedua,yakni cara fisik dan mekanik,dengan melakukan pembongkaran sarang
tikus,kemudian dibunuh (gropyokan) missal memasukkan air ke dalam
sarangnya,tikus yang keluar dibunuh.
•
Ketiga,yakni cara kultur teknik dengan cara melakukan penanam secara serempak
meliputi areal yang luas ,misalnya seluas 0-100 hektar.Cara ini dilakukan untuk
menghindari tersedianya makanan bagi tikus.
•
Keempat,yakni melalui cara biologi/hayati dengan memanfaatkan musuh-,usuh
alaminya seperti ular sanca, ularwelang,anjing,burung elang dan lainnya.
RODENTISIDA
Pengendalian
tikus pada saat singkong pada masa generatif dilakukan secara sanitasi
lingkungan dan kimia (Rodentisida).Cara tersebut di nilai cukup efekti,karena
pada masa generatif tikus sudah mulai melakukan penyerangan terhadap areal
pesawahan dan merusak umbi singkong dengan cara memakan umbi .penggunan
rodentisida dilakukan bila populasi tikus yang tinggi.
Rodentisida yang biasa
digunakan adalah racun akut dan racun
anti-koagulan.Contoh rodentisida akut
yakni czincposphide diberikan dengan cara diumpankan dengan dosis 22
gram per hektar dicampur umpan sebanyak 2,5 kg.Sedangkan rodentisida
antikoagulan yakni racumin,tomorin,dekafit,klerat,RMB
dan lainnya yang siap pakai yang penggunaannya dengan rodentisida akut.
Sementara
bahan yang bisa digunakan sebagai umpan antara lain beras,gabah,jagung,ketela
pohon,ubi jalar dan lainnya.Penempatan umpan dapat di pasang sepanjang larikan
dengan jarak 10 m.
Sebelum
pemberian umpan beracun sebaiknya dilakukan perumpanan pendahuluan.Hal ini
bertujuan untuk membiasakan tikus makan umpan dengan jalan memberi umpan tanpa
racun selama 2-3 hari.Waktu pengumpnanan disesuaikan dengan keadaan populasi
tikus.
Sesungguhnya,cara
penggunaan rodentisida di lapangan menurut konsep PHT,hendaknya dilakukan
sebagai alternative terakhir apabila cara cara pengendalian lain dinilai tidak
efektif lagi.Itupun dengan catatan,penggunaannya harus secara bijaksana dan
tepat dosis.
Pengendalian
hama tikus ketika generatif,yang lebih baik dan efektif adalah dengan
pengemposan.Jika cara rodentisida tidak berhasil.Hal ini disebabkan pada masa
generatif makanan berlimpah sehingga umpan yang beracun tidak akan dimakannya.
Adapun
cara pengemposan dilakukan dengan menggunakan asap atau gas beracun yakni hasil
pembakaran serbuk belerang bersama merang atau sabut kelapa dengan perbandingan
1: 1,5 kemudian dimasukkan ke dalam liang yang menjadi sarang tikus
2. Penyakit
a) Bercak daun bakteri
Penyebab : Xanthomonas
manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG.
Gejala : bercak-bercak
bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan
akhirnya mati.
Pengendalian: menanam
varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit,
melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun.
Gambar daun singkong
yag terserang bercak daun bakteri
b) Layu
bakteri (Pseudomonas solanacearum )
Ciri : hidup di
daun, akar, dan batang.
Gejala : daun
mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang, dan umbi langsung
membusuk.
Pengendalian : melakukan pergiliran tanaman, menanam
varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan
pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
Gambar Tanaman
yang terserang Penyakit Layu bakteri
c) Bercak daun coklat
(Cercospora heningsii)
Penyebab : cendawan
yang hidup di dalam daun.
Gejala : daun bercak-bercak coklat, mengering,
terdapat lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati.
Pengendalian: melakukan
pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun
yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
d) Bercak daun konsentris (Phoma
phyllostica)
Penyebab : cendawan
yang hidup pada daun.
Gejala : adanya bercak
kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian: memperlebar
jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.
8.
GULMA
Sistem penyiangan/pembersihan secara
menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya
para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma
tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman. Khusus gulma dari
golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas
dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali
permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut.
Secara kimiawi dengan
penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil
urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenis gulma lainnya adalah
rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit.
Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang
(Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon),
rumput pahit
(Paspalum distichum), dan
ru put sunduk gangsir (digitaria ciliaris).
Pembasmian gulma dari
golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan
dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan
konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
9.
PANEN
Ciri
dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat
pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak
yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai
6–8 bulan untuk varietas Genjah dan
9–12 bulan untuk varietas Dalam.
Cara
Panen
Ketela pohon dipanen dengan cara
mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu
tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Badan Agribisnis Departemen
Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan
Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.
2. Danarti dan Sri Najiyati. 1998.
Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.
3. Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi
Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.
Singkong sebagai makanan alternatif penganti nasi. Manfaatnya sangat banyak. Bahkan bisa digunkan sebagi biogas. Infonya sangat bagus gan.
BalasHapusiya gan singkong memang memiliki banyak sekali manfaatnya.
Hapuskita tidak boleh terpaku hanya dengan 1 makanan pokok saja singkong adalah salah satu makanan yang menjajikan bila di budidayajan dengan baik karena singkong juga mengandung banyak protein yang baik untuk kita konsumsi.
postingan yg penuh manfaat
BalasHapuskebetulan saya lagu mencoba budidaya singkong, semoga sebentar lagi panen teman, terima kasih
iya sobat saya doakan semoga saja panen singkongnya memuaskan.
Hapusterimakasih sudah berkunjung
Wuih postingan mengenai budidaya singkong nie lengkap banget.
BalasHapusTerus berkaraya gan.
Ditunggu postingan - postingan selanjutnya.
thans sobat buat kunjungannya di blog yang sederhana ini.
Hapusemoga kedepannya menjadi lebih baik.
makasih ya mas... saya mohon izin kutip tulisannya... untuk dimasukkan dalam bab1 laporan Praktek Lapang saya yahh :D
BalasHapussekali lagi makasih sobat
sama sama mas silahkan di kutip tulisannya mohon maaf bila masih banyak kekurangan
Hapussukses ya buat praktik lapangannya :)
Tengkyu gan
BalasHapussama sama gan
Hapus