Makalah Tentang Atmosfer Dan Debu
BAB 1
LATAR BELAKANG
A.
Atmosfer
Dalam kegiatan meteorologi termasuk
pengamatan synoptik, kita tidak lepas dari atmosfer, khususnya Trroposfer.
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi, diperkirakan tebel
atmosfer mencapai sekitar 12.000 km. Lapisan udara ini banyak mengandung
nitrogen (78%) dan oksigen (21%) dalam bentuk gas. Fungsi atmosfer antara lain
:
1. Mengatur dan menyarring sinar matahari yang mengenai dan yang dipantulkan oleh permukaan bumi sehingga suhu di permukaan bumi tidak berubah dengan extrim.
2. Sebagai medium bagi penjalaran gelombang bunyi.
3. Mengatur sirkulasi udara.
Sebagai penahan radiasi matahari.
4. Sebagai tempat tersediannya gas oksigen (O2) bagi pernafasan dan pembakaran.
5. Dapat dimanfaatkan pada bidang komunikasi dan transpotasi
1. Mengatur dan menyarring sinar matahari yang mengenai dan yang dipantulkan oleh permukaan bumi sehingga suhu di permukaan bumi tidak berubah dengan extrim.
2. Sebagai medium bagi penjalaran gelombang bunyi.
3. Mengatur sirkulasi udara.
Sebagai penahan radiasi matahari.
4. Sebagai tempat tersediannya gas oksigen (O2) bagi pernafasan dan pembakaran.
5. Dapat dimanfaatkan pada bidang komunikasi dan transpotasi
Sebanyak 97 % udara terletak pada
lapisan paling bawah hingga 29 km di atas permukaan air laut. Lapisan udara
semakin tipis sejalan dengan bertambahnya ketinggian. Ketingggian Troposfer
tidak sama pada setiap tempat di permukaan bumi, khusus di ekuator ketinggian
troposfer bisa mencapai 17-18 km, sedangkan di kutub sekitar 6-8 km. Susunan
gas-gas
Atmosfer
sangat penting bagi kehidupan di bumi. Hal ini disebabkan karena segala
peristiwa cuaca terjadi pada ketinggian antara 0 sampai 10 km dari permukaan bumi.
Seperti terjadinya badai, angin topan, dan banjir yang sangat berpengaruh
terhadap aktivitas kehidupan manusia. Dengan adanya atmosfer juga dapat
menyelamatkan kehidupan mahkluk hidup dari bahaya sinar ultra violet yang
dipancarkan bersama radiasi matahari. Atmosfer juga terdiri dari gas-gas yang
dibutuhkan tumbuhan, hewan, dan manusia. Oleh karena itu, pemahaman tentang
fenomena atmosfer terutama di lapisan sampai 10 km sangat diperlukan, sehingga
kita dapat mengetahui atau memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia.
Sebelum membahas lebih jauh tentang atmosfer, mari kita pahami terlebih dahulu tentang pengertian atmosfer. Atmosfer adalah lapisan udara yang mengelilingi bumi dengan ketebalan kurang lebih 1.000 km dari permukaan bumi. Lapisan udara ini terdiri dari beberapa gas yang merupakan unsur-unsur dan senyawa kimia. Komposisi gas-gas lapisan udara didominasi oleh empat macam gas, yaitu: Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Argon (Ar), dan Karbondioksida (CO2). Secara keseluruhan keempat gas tersebut menempati 98,93 % dari isi keseluruhan udara. Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang gas-gas yang terkandung di dalam lapisan udara dapat Anda perhatikan pada tabel berikut:
Sebelum membahas lebih jauh tentang atmosfer, mari kita pahami terlebih dahulu tentang pengertian atmosfer. Atmosfer adalah lapisan udara yang mengelilingi bumi dengan ketebalan kurang lebih 1.000 km dari permukaan bumi. Lapisan udara ini terdiri dari beberapa gas yang merupakan unsur-unsur dan senyawa kimia. Komposisi gas-gas lapisan udara didominasi oleh empat macam gas, yaitu: Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Argon (Ar), dan Karbondioksida (CO2). Secara keseluruhan keempat gas tersebut menempati 98,93 % dari isi keseluruhan udara. Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang gas-gas yang terkandung di dalam lapisan udara dapat Anda perhatikan pada tabel berikut:
Selain keempat gas tersebut di atas ada beberapa gas lain yang terdapat di dalam atmosfer, yaitu di antaranya Ozon. Walaupun ozon ini jumlahnya sangat sedikit namun sangat berguna bagi kehidupan di bumi. Karena ozonlah yang dapat menyerap sinar ultra violet yang dipancarkan sinar matahari sehingga jumlahnya sudah sangat berkurang ketika sampai di permukaan bumi. Apabila radiasi ultra violet ini tidak terserap oleh ozon, maka akan menimbulkan malapetaka bagi kehidupan mahkluk hidup yang ada di bumi. Malapetaka apa yang ditimbulkan dari radiasi tesebut? Anda tahu bahwa radiasi ini di antaranya dapat membakar kulit mahkluk hidup, memecahkan kulit pembuluh darah, dan menimbulkan penyakit kanker kulit. Untuk itu, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan gas berupa ozon, dan kita berharap agar gas ozon selalu tetap ada di dalam atmosfer atau lapisan udara. Dari tabel tersebut Anda dapat melihat bahwa Gas Nitrogen merupakan gas yang paling banyak terdapat dalam lapisan udara atau atmosfer bumi. Salah satu sumbernya yaitu berasal dari pembakaran sisa-sisa pertanian dan akibat letusan gunung api. Gas lain yang cukup banyak dalam lapisan udara atau atmosfer adalah Oksigen. Oksigen antara lain berasal dari hasil proses fotosintesis pada tumbuhan yang berdaun hijau. Dalam proses fotosintesis, tumbuhan menyerap gas Karbondioksida dari udara dan mengeluarkan Oksigen. Gas Karbondioksida secara alami besaral dari pernapasan mahkluk hidup, yaitu hewan dan manusia. Sedangkan secara buatan gas Karbondioksida berasal dari asap pembakaran industri, asap kendaraan bermotor, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Lapisan udara yang berketebalan (
1.000 km atau yang disebut atmosfer terdiri dari beberapa lapisan dan setiap
lapisan mempunyai ciri khas. Apa sajakah lapisan-lapisan itu? Dan bagaimana
ciri-cirinya? Sebelum membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut, silahkan Anda
perhatikan gambar berikut:
Pada gambar di samping terlihat ada
beberapa lapisan atmosfer yang menyelubungi bumi. Lapisan-lapisan tersebut
adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer atau
desifasister. Untuk memahami lebih jauh, mari kita bahas setiap lapisan-lapisan
tersebut.
a.litosfer
Litosfer adalah
kulit terluar dari planet berbatu.
Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos
(λίθος) yang berarti berbatu, dan sphere (σφαῖρα) yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos
artinya batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah
lapisan Bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit Bumi. Pada
lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02,
itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki
ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas
(merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah
(merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang mengakibatkan kerasnya lapisan
terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer,
yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari
mantel. Batas antara litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya
terhadap tegangan: litosfer tetap padat dalam jangka waktu geologis yang
relatif lama dan berubah secara elastis karena retakan-retakan, sednagkan
astenosfer berubah seperti cairan kental.
Litosfer terpecah menjadi
beberapa lempeng tektonik yang
mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat
konveksi yang terjadi dalam astenosfer.
Konsep litosfer sebagai lapisan
terkuat dari lapisan terluar Bumi dikembangkan oleh Barrel pada tahun 1914, yang menulis
serangkaian paper untuk mendukung konsep itu. konsep yang berdasarkan pada
keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas kerak benua, yang lalu ia
memperkirakan keberadaan lapisan kuat (yang ia sebut litosfer) di atas lapisan
lemah yang dapat mengalir secara konveksi (yang ia sebut astenosfer). Ide ini
lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas
oleh ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan
astenosfer berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun
1960, konsep mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lemah
(astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.
b.Troposfer
Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, yaitu pada ketinggian 0 - 18 km di atas permukaan bumi. Tebal lapisan troposfer rata-rata ± 10 km. Di daerah khatulistiwa, ketinggian lapisan troposfer sekitar 16 km dengan temperatur rata-rata 80°C. Di daerah sedang ketinggian lapisan troposfer sekitar 11 km dengan temperatur rata-rata 54°C, sedangkan di daerah kutub ketinggiannya sekitar 8 km dengan temperatur rata-rata 46°C.
Lapisan troposfer ini pengaruhnya
sangat besar sekali terhadap kehidupan mahkluk hidup di muka bumi. Karena
pada lapisan ini selain terjadi peristiwa-peristiwa seperti cuaca dan iklim,
juga
terdapat kira-kira 80% dari seluruh massa gas yang terkandung dalam atmosfer terdapat pada lapisan ini.
Ciri khas yang terjadi pada
lapisan troposfer adalah suhu (temperatur) udara menurun sesuai dengan
perubahan ketinggian, yaitu setiap naik 100 meter dari permukaan bumi, suhu
(temperatur) udara menurun sebesar ± 0,5°C.
Lapisan troposfer paling atas,
yaitu tropopause yang menjadi batas antara troposfer dan stratosfer. Suhu
(temperatur) udara di lapisan ini relatif konstan atau tetap, walaupan ada
pertambahan ketinggian, yaitu berkisar antara -55°C sampai -60°C. Ketebalan
lapisan tropopause ± 2 km.
|
|
c. Stratosfer
Lapisan kedua dari atmosfer adalah stratosfer. Stratosfer terletak pada ketinggian antara 18 - 49 km dari permukaan bumi. Lapisan ini ditandai dengan adanya proses inversi suhu, artinya suhu udara bertambah tinggi seiring dengan kenaikan ketinggian. Kenaikan suhu udara berdasarkan ketinggian mulai terhenti, yaitu pada puncak lapisan stratosfer yang disebut stratopause dengan suhu udara sekitar 0°C. Stratopause adalah lapisan batas antara stratosfer dengan mesosfer. Lapisan ini terletak pada ketinggian sekitar 50 - 60 km dari permukaan bumi.
Umumnya suhu (temperatur) udara
pada lapisan stratosfer sampai ketinggian 20 km tetap. Lapisan
ini disebut dengan lapisan isotermis. Lapisan isotermis merupakan lapisan paling bawah dari stratosfer. Setelah lapisan isotermis, berikutnya terjadi peningkatan suhu (temperatur) hingga ketinggian ± 45 km. Kenaikan temperatur pada lapisan ini disebabkan oleh adanya lapisan ozon yang menyerap sinar ultra violet yang dipancarkan sinar matahari. Perlu Anda ketahui pula bahwa pada lapisan stratosfer ini tidak ada lagi uap air, awan ataupun debu atmosfer, dan biasanya pesawat-pesawat yang menggunakan mesin jet terbang pada lapisan ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari gangguan cuaca. |
|
d. Mesosfer
Lapisan ketiga dari atmosfer adalah mesosfer. Mesosfer terletak pada ketinggian antara 49 - 82 km dari permukaan bumi. Lapisan ini merupakan lapisan pelindung bumi dari jatuhan meteor atau benda-benda angkasa luar lainnya. Lapisan mesosfer ini ditandai dengan penurunan suhu (temperatur) udara, rata-rata 0,4°C per seratus meter. Penurunan suhu (temperatur) udara ini disebabkan karena mesosfer memiliki kesetimbangan radioaktif yang negatif. Temperatur terendah di mesosfer kurang dari -81°C. Bahkan di puncak mesosfer yang disebut mesopause, yaitu lapisan batas antara mesosfer dengan lapisan termosfer temperaturnya diperkirakan mencapai sekitar -100°C. |
|
e.Termosfer (ionosfer)
Termosfer terletak pada ketinggian antara 82 - 800 km dari permukaan bumi. Lapisan termosfer ini disebut juga lapisan ionosfer. Karena lapisan ini merupakan tempat terjadinya ionisasi partikel- partikel yang dapat memberikan efek pada perambatan/refleksi gelombang radio, baik gelombang panjang maupun pendek.
Pada termosfer, kenaikan
temperatur dapat berlangsung mulai dari - 100°C hingga ratusan bahkan ribuan
derajat celcius. Lapisan yang paling tinggi dalam termosfer adalah termopause.
Temperatur termopause konstan terhadap ketinggian, tetapi berubah dengan
waktu karena pengaruh osilasi. Temperatur pada malam hari berosilasi antara
300°C dan 1200°C, sedangkan pada siang hari
berosilasi antara 700°C dan 1700°C. |
|
f.Eksosfer atau Desifasister
Eksosfer terletak pada ketinggian antara 800 - 1000 km dari permukaan bumi. Pada lapisan ini merupakan tempat terjadinya gerakan atom-atom secara tidak beraturan. Lapisan ini merupakan lapisan paling panas dan molekul udara dapat meninggalkan atmosfer sampai ketinggian 3.150 km dari permukaan bumi.
Lapisan ini sering disebut pula
dengan ruang antar planet dan geostasioner. Lapisan ini sangat berbahaya,
karena merupakan tempat terjadi kehancuran meteor dari angkasa luar.
B. Manfaat lapisan atmosfer
Adapun manfaat lapisan atmosfer secara umum yaitu
sebagaai berikut:
a. Manfaat atmosfer bagi kehidupan di bumi
1. Pernafasan bagi makhluk hidup
2. Melindungi makhluk hidup dari radiasi matahari
3. Melindungi bumi dari kemungkinan aadanya
benturan benda-benda angkasa karena daya tarik
bumi
4. Pemantuk gelombang bunyi bagi aktivitas
telekomunikasi dan radio.
5. Untuk pembakaran
b. Manfaat atmosfer daalam bentuk gerakan udara
bagi kehidupan sehari-hari
1. pelayaran atau sumber tenaga pendorong bagi
nelayan tradisional
2. penyerbukan tanaman
3. penerbangan dan olahraga terbang layang
4. menimbulkan hujan
5. penggerak kincir angin
BAB II
DEBU
A. Pengertian
Debu
Yang disebut debu adalah sejenis partikel,
atau aerosol, yangmengambang di atmosfer. Para
ilmuwan membedakan debu ini
menjadi debu dari partikel hasil kegiatan
manusia seperti asap,
jelaga, atau jenis penyebab polusi lainnya, serta debu dari partikel alami, seperti debu gurun atau debu letusan gunung api.
Partikel debu
alami (misal debu gurun), berukuran di atas 10
micron(diameter rambut manusia
sekitar 100 micron) menyerap radiasi matahari, lalu mengubahnya menjadi panas dan melepasnya ke udara. Debu alami ini juga merefleksikan sebagian radiasi kembali ke luar angkasa, sehingga debu alami ini mendinginkan bumi sekaligusmenghangatkan atmosfer.
Debu hasil kegiatan
manusia (partikel dari asap dan hasil pembakaran)
berukuran submicron.
Partikel halus ini mendinginkan atmosfer karena merefleksikan cahaya matahari kembali ke antariksa sebelum sempat memanaskan udara. Itu berarti hanya sedikit energi surya yang sampai ke permukaan. Karena ukurannya sangat kecil,aerosol (partikel) polusi ini tidak memiliki efek signifikan terhadapenergi panas.
Debu
gurun dan iklim saling mempengaruhi secara langsung maupuntak
langsung lewat berbagai sistem yang saling berkaitan. Debu,
misalnya, membatasi jumlah radiasi matahari yang mencapai
bumi, sebuah faktor yang dapat menutupi efek
pemanasan dari naiknya levelkarbon
dioksida di atmosfer. Debu juga dapat
mempengaruhi awandan kuantitas air yang jatuh
kembali ke bumi (presipitasi), yang memicu terjadinya kekeringan,
yang pada akhirnya menyebabkanpembentukan gurun dan lebih
banyak debu lagi.
Setiap tahun tak kurang
dari 700 juta ton debu dari Gurun Saharaterbawa
ke atmosfer. Sebagian dari debu yang tertiup angin
kencangjatuh kembali ke bumi sebelum
meninggalkan Afrika. Sebagian lagiterbawa angin melintasi Samudra
Atlantik atau Laut Mediteraniahingga mencapai Amerika
Selatan dan Amerika Serikat sebelah
tenggara. Debu tersebut
diyakini mempengaruhi kuantitas
energi bumi dan iklim dengan merefleksikan (memantulkan) cahaya matahari kembali ke antariksa.
Gurun
Sahara memasok separuh dari seluruh
debu yang terbawa hingga ke atmosfer setiap
tahun. Debu Sahara jauh lebih
“murni”daripada debu dari gurun
pasir Asia atau Amerika Serikat.
Debu dari gurun Amerika, Cina, atau Mongolia kerap bercampur denganpolusi, lalu menciptakan sebuah gado-gado aerosol, yang membuat para ilmuwan menghadapi kesulitan untuk mempelajari debunya saja.
Mempelajari debu
Sahara juga cukup menantang karena debu itu terbuat
dari materi yang sama
seperti gurun di bawahnya. Itu berartidebu di atmosfer tampak amat mirip permukaan di bawahnya. Baru dalam beberapa tahun terakhir ilmuwan dapat membedakan partikel debu dan pasir gurun menggunakan instrumen serta teknik baru.
B. Jumlah Debu di Atmosfer
Sebuah studi menunjukkan
bahwa jumlah debu di atmosfer memang telah berlipat
ganda dibanding abad lalu.
Tak
hanya membuat rumah dan segala
isinya kotor, kenaikan jumlah debu yang dramatis itu
juga mempengaruhi iklim dan ekologi diseluruh
dunia. Debu ini bukan hanya sesuatu yang biasa
kitabersihkan dari permukaan meja, tapi juga partikel
halus yangmengambang di udara di lapisan
atmosfer bumi dan berasal darigurun-gurun di Afrika
Selatan serta Timur Tengah.
Studi yang dipimpin
oleh Natalie Mahowald, pakar ilmu kebumiandan atmosfer di Cornell
University, tersebut menggunakanpemodelan komputer dan data yang tersedia untuk memperkirakanjumlah debu gurun, atau partikel tanah, di atmosfer sepanjang abad ke-20. Studi yang dipresentasikan dalam pertemuan American Geophysical Union di San Francisco, Desember 2010, tersebut adalah penelitian pertama yang melacak fluktuasi partikel aerosol alami (bukan yang diakibatkan kegiatan manusia) di seluruh duniaselama satu abad.Untuk mengukur fluktuasi dalam debu gurun selama seabad, para ilmuwan mengumpulkan data dari pengeboran inti es, sedimen danau, dan terumbu karang, yang masing-masing menyimpan informasi tentang konsentrasi debu gurun di kawasan itu pada masa lampau. Data setiap sampel itu kemudian dihubungkan dengan daerahasal debu. Dari informasi tersebut, para ilmuwan menghitung tingkatpengendapan debu selama itu.
Dengan mengaplikasikan komponen
sistem pemodelan komputeryang disebut sebagai Community Climate
System Model, timMahowald merekonstruksi pengaruh debu
gurun terhadaptemperatur, kuantitas (jumlah) air yang jatuh
kembali ke bumi,endapan zat besi laut,
dan penangkapan karbon terrestrial selamasatu abad.
Di antara hasil yang mereka
peroleh, para ilmuwan menemukan bahwa perubahan
temperatur dan presipitasi regional menyebabkanpenurunan penangkapan karbon
terrestrial global sebesar 6 parts per million
(ppm) selama abad ke-20. Simulasi itu
juga memperlihatkanbahwa debu yang mengendap di
laut meningkatkan penangkapankarbon dari atmosfer sekitar 6
persen, atau 4 ppm, selama periode yang sama.
Berbeda
dengan mayoritas riset lain tentang dampak partikel
aerosol terhadap iklim yang
hanya difokuskan pada aerosol anthropogenic,
yang dilepaskan kegiatan manusia lewat pembakaran.
|
0 Response to "Makalah Tentang Atmosfer Dan Debu"
Posting Komentar
Budayakan meninggalkan komentar setelah membaca.
Berkomentarlah dengan bahasa yang sopan yang tidak menyinggung dan tidak berbau sara dan porno.
TERIMAKASIH ATAS KOMENTAR ANDA ... !!!