Macam macam penyakit pada tanaman kelapa sawit
1. Penyakit Red Ring
Penyakit
ini telah menyebar ke semua perkebunan kelapa sawit yang berada di Amerika
Tengah dan Selatan, khususnya di Kolombia penyakit ini dilaporkan di San
Alberto pada tahun 1984 dan telah mematikan tanaman kelapa sawit lebih
dari 500 ha (Gomez et al., 2005).
Gejala penyakit.
Daun-daun
bagian bawah menguning kemudian menjalar ke daun-daun bagian atasnya, pelepah
daun di bagian tengah mengering, patah dan menggantung. Pertumbuhan daun-daun
muda terhambat sehingga daun-daun muda yang muncul menjadi kerdil-kerdil
(little leaf symptom). Gejala spesifik dapat dilihat bila tanaman yang sakit
batangnya dibelah melintang akan terlihat cincin berwarna merah kecoklatan,
begitu juga bila pelepah di potong melintang akar terlihat bercak-bercak
berwarna merah salmon (Gomez et al., 2005).
Penyebab penyakit ini
adalah nematoda Bursaphelenchus cocophilus(sinonim: Radinaphelenchus
cocophilus) dimana nematoda ini dapat ditularkan ke tanaman kelapa sawit
lainnya oleh kumbang moncong Rhynchophorus palmarum.
Potensi
resiko. Kemungkinan terbawanya nematoda melalui benih hampir tidak mungkin,
tetapi nematoda ini dapat hidup pada palma hias seperti Sabal palmetto dan
Phoenix canariensis (Desmier de Chenon et al., 2005) ataupun mungkin pada
beberapa palma hias lainnya, untuk itu lalu lintas palma hias dari daerah wabah
harus diawasi dengan ketat. Serangga vektor yaitu Rhynchophorus di Asia
Tenggara tersedia berlimpah.
2. Penyakit Sudden wilt
Penyakit ini dikenal dengan
berbagai nama antara lain penyakit ”Marchitez”, Hartrot maupun Fatal wilt.
Penyakit ini sebelumnya dikenal sebagai ”Hartrot disease” pada tanaman kelapa
pada tahun 1908 kemudian ditemukan pada kelapa sawit di Suriname tahun 1923 dan
di Kolombia pada tahun 1963 dan kini telah menyebar di Ekuador, Peru, Venezuela,
Brasil, Nikaragua dan Kosta Rika (Desmier de Chenon et al.,
2005). Penyakit ini bersifat mematikan (lethal) dan segala umur tanaman kelapa
sawit dapat diserang, tetapi yang paling rentan tanaman umur antara 3-5 tahun.
Kerugian berupa kehilangan hasil akibat serangan penyakit ini bisa mencapai 80
% (Gomez et al., 1996).
Gejala penyakit.
Gejala spesifik ditandai dengan
perubahan warna daun-daun bagian bawah yang berwarna coklat kemerahan kemudian
menyebar ke seluruh daun sehingga tanaman tampak seperti terbakar. Penyakit ini
dapat menyerang tandan buah dimana buah kelapa sawit menjadi busuk dan
berguguran, selain itu juga terjadi pembusukan pada bunga jantan maupun akar
tanaman kelapa sawit. Tanaman yang terserang penyakit ini mengakibatkan
kematian setelah 1-2 bulan sejak gejala penyakit pertama kali terlihat
(Martinez, 1985). Penyakit ini disebabkan oleh Phytomonas staheli (
Dollet et al., 1996) jenis protozoa berflagela dan sebagai
vektornya berupa serangga kepik dari famili Pentatomidae yaitu Linchus spp
(Desmier de Chenon et al., 2005).
Potensi resiko. Di Amerika
Selatan, Phytomonas dapat hidup pada tumbuhan gulma famili
Euphorbiaceae dan beberapa spesies gulma tersebut dijumpai di Asia Tenggara,
antara lain Euphorbia heterophylla dan E. hirta dimana
kedua gulma tersebut direkomendasikan di perkebunan kelapa sawit sebagai sumber
nektar bagi musuh alami terutama parasitoid (Desmier de Chenon et al.,
2005). Untuk itu penggunaan gulma tersebut di perkebunan kelapa selalu di
monitor.
3. Penyakit Busuk Umbut (Bud rot, Pudricion del cogollo)
Penyakit busuk umbut (Bud rot,
Pudricion del cogollo)
Penyakit ini merupakan
penghambat utama pengembangan perkebunan kelapa sawit di Amerika Tengah dan
Selatan. Kerusakan berat akibat penyakit ini sering dilaporkan di beberapa
kebun sawit, sebagai contoh pada tahun 1990 luas perkebunan kelapa sawit di Suriname
5.425 ha tetapi pada tahun 2000 tinggal 40 ha, di Ekuador gejala penyakit ini
muncul pada tahun 1992-1993 di tanaman muda di kebun Shushufindi (5000 ha) dan
Huashito (5000 ha) dan pada tahun 2000 kedua kebun tersebut telah porak-poranda
akibat penyakit ini (Franqueville, 2001). Kerusakan akibat penyakit ini dapat
bersifat: mematikan (lethal) terutama dijumpai di Ekuador, Brasil dan Suriname
dan yang bersifat tidak mematikan (non-lethal) dimana tanaman kelapa sawit yang
menderita akibat penyakit ini dapat pulih kembali, gejala ini dijumpai di
Kolombia
Gejala penyakit.
Penelitian untuk
mengidentifikasi penyebab penyakit ini telah dilakukan sejak 25 tahun yang lalu
tetapi hingga kini penyebab penyakit ini belum diketahui. Kontroversi
mengenai penyebab penyakit apakah disebabkan oleh faktor biotik (patogen) atau
abiotik (gangguan fisiologis) masih terus berlangsung terutama adanya gejala
yang bersifat mematikan (lethal) yang diduga disebabkan oleh patogen dan gejala
yang bersifat tidak mematikan (non-lethal) dimana dengan perbaikan drainase dan
pemupukan berimbang tanaman dapat sembuh kembali (Gomez et al.,
2005). Gejala penyakit pertama kali ditandai klorosis pada daun-daun muda yang
belum membuka (Swinburne, 1993) kemudian disusul dengan pembusukan daun-daun
tersebut dengan tesktur busuk basah yang merambat mengarah pada jaringan
meristem titik tumbuh. Bila pembusukan tidak sampai pada titik tumbuh, tanaman
dapat bertahan dan sembuh kembali yang ditandai munculnya daun-daun baru yang
kerdil.
Potensi resiko. Dalam kasus
penyakit busuk umbut yang hingga kini belum dapat ditentukan penyebab
penyakitnya namun penyakit ini mempunyai pola penyebaran mirip layaknya
penyakit yang disebabkan oleh patogen sehingga penyakit ini perlu selalu
diwaspadai penyebarannya.
4. Busuk Pangkal Batang
Penyakit ini memiliki
banyak nama di seluruh dunia, tetapi selalu menjadi penyakit yang mematikan
pada kelapa sawit. Busuk pangkal batang kelapa sawit disebabkan oleh jamur
Ganoderma. Jamur Ganoderma lebih dikenal sebagai obat herbal di China, Korea
dan Jepang. Ganoderma tergolong dalam kelas Basidiomycetes, penyebab utama
penyakit akar putih pada tanaman berkayu dengan menguraikan lignin yang
mengandung selulosa dan polisakarida. Ganoderma dapat tumbuh dengan baik pada
media buatan dengan memproduksi organ somatif. Pengisolasiannya dapat dilakukan
dengan menanam jaringan sakit atau bagian dari jaringan korteks basidiokarp.
Ganoderma yang ditumbuhkan pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dapat tumbuh
lebih baik daripada yang ditumbuhkan di media MA (Malt Agar), MEA (Malt Extract
Agar), CMA (Corn Meal Agar), dan CDA (Czapek’s Dox Agar). Media LBA (Lima Bean
Agar) lebih baik dibandingkan RDA (Rice Dextrose Agar), sama dengan PDA.
Penyakit
ini memiliki banyak nama di seluruh dunia, tetapi selalu menjadi penyakit yang
mematikan pada kelapa sawit. Busuk pangkal batang kelapa sawit disebabkan oleh
jamur Ganoderma. Jamur Ganoderma lebih dikenal sebagai obat herbal di China,
Korea dan Jepang. Ganoderma tergolong dalam kelas Basidiomycetes, penyebab
utama penyakit akar putih pada tanaman berkayu dengan menguraikan lignin yang
mengandung selulosa dan polisakarida. Ganoderma dapat tumbuh dengan baik pada
media buatan dengan memproduksi organ somatif. Pengisolasiannya dapat dilakukan
dengan menanam jaringan sakit atau bagian dari jaringan korteks basidiokarp.
Ganoderma yang ditumbuhkan pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dapat tumbuh
lebih baik daripada yang ditumbuhkan di media MA (Malt Agar), MEA (Malt Extract
Agar), CMA (Corn Meal Agar), dan CDA (Czapek’s Dox Agar). Media LBA (Lima Bean
Agar) lebih baik dibandingkan RDA (Rice Dextrose Agar), sama dengan PDA.
Gejala
awal penyakit sulit diidentifikasi dikarenakan perkembangannya yang lambat dan
dikarenakan gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk
mengidentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah,
konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan. Gejala utama BSR adalah
terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk pada batang
tanaman (Gambar 2 dan Pada tanaman belum menghasilkan, gejala awal ditandai
dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti dengan nekrosis yang
menyebar ke seluruh daun. Pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, semua
daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka (terjadinya akumulasi
daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati (Purba, 1993).
5. Busuk Daun
Antraknosa
Penyakit antraknosa merupakan
sekumpulan nama infeksi pada daun bibit-bibit muda, yang disebabkan oleh 3
genera jamur patogenik, yaitu Botryodiplodia spp., Melanconium elaeidis dan
Glomerella cingulata. Spora dihasilkan di dalam piknidia atau aservuli,
menyebar dengan bantuan angin atau percikan air siraman atau hujan (Turner,
1971 dan 1981 ; Barnet dan Hunter, 1972 ; Domsch, Gams dan anderson, 1980).
Penyakit ini telah dilaporkan terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di
Indonesia (Turner, 1981 ; Purba dan Sipayung, 1986 ; Purba, 1996d, 1996f, 1997d
dan 1999a).
Gejala
Terutama menyerang bibit pada
umur ³ 2 bulan. Kadang-kadang dijumpai bersamaan dengan gejala transplanting
shock(cekaman pindah tanam). Gejala biasanya dijumpai pada bagian tengah
atau ujung daun, berupa bintik terang yang selanjutnya melebar dan menjadi
kuning dan coklat gelap. Jaringan sakit selanjutnya nekrosis, bercak meluas
dengan batas antara bercakdengan jaringan sehat berwarna kuning.Bercak kadangkala
memanjang sejajar tulang daun.
Faktor pendorong
Jarak antar bibit yang terlalu
rapat (< 90cm). Keadaan pembibitan yang terlalu lembab.Kelebihan air siraman
dan naungan di PA. Pemindahan bibit dari PA ke PU dan penggemburan tanah yang
kurang hati-hati.
Pengendalian
Mengurangi penyiraman dan
naungan di pembibitan awal, sehingga mengurangi kelembaban. Pemindahan bibit
dan penggemburan tanah harus dilakukan dengan hati-hati. Menjarangkan letak
bibit menjadi ³ 90 cm. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit dengan gejala
ringan-sedang, selanjutnya disemprot dengan fungisida ziram, thiram, kaptan
atau triadimenol dengan konsentrasi 0,1-0,2% dengan pusingan 7-10 hari, atau
dengan thibenzol dengan konsentrasi 0,1% dengan pusingan 10-14 hari, daun-daun
pangkasan harus dibakar. Memusnahkan bibit yang terserang berat.
teringat masa laluku hidup diantara batang2 kelapa sawit
BalasHapusiya ini saya juga masih dalam belajar mas....
BalasHapuskhususnya di daerah pertanian